Puisi Elang Ade Iswara
Al.go.rit.ma
1.
Kau tak harus pulang
Esok atau, sungguh, kabar demikian
Tak melulu tentang puisi
2.
Kata adalah
Bagaimana soal kau menyeka mata air
Matamu
Dan lekas menertawakannya
3.
Orang-orang mulai belajar
Tidak mempelajari apa-apa, dan
Melipat telinganya
Dengan pelan, begitu pelan
4.
Kau tak harus pulang, sungguh
Apa yang lebih abadi
Selain, keyakinanmu
Mengetuk pintu-pintu itu?
Kudus, 2019
Simulakra yang Hilang dari Pengertiannya
Untuk Guruh dan Jefu
1.
Sudah beberapa sore kau lewatkan
dan menjadi demam atas tubuh kau
Sampaikah kau pada pertanyaan-pertanyaan
yang membuat gemetar diri sendiri
(apa yang lebih kering dan melelahkan
dari cuaca yang menggerutu
dan mata orang-orang yang menatap penuh ragu.)
3.
Entah berapa pagi kulalui
berapa sore kulewati
Seolah tak ada lagi waktu
Tak ada lagi cuaca
yang hijau
4.
Dari balik baju
seorang lelaki berbicara
dengan nada lucu
Tapi tak selucu kata-katanya
Cinta yang tumbuh
Daun yang bersemi
Kembang yang berbunga
Bagai sungai
kata-katanya mengalir gemericik
di dada masing-masing kita
(yang entah
ke mana bermuara)
5.
Berapa usia kita waktu itu?
Kata seseorang lainnya.
Hampir lima belas musim.
Tiada yang baru
jika tak ke mana-mana
Di atas ranjang empuk
walau dengan membaca buku
(sebab, badai menunggu
di atas lantai.)
6.
Entah berapa kali
dan lama, sore kulewati
(aku kehilangan barat
untuk memandangnya
Memandang dengan cara lama
Selama yang aku bisa)
7.
Apakah kita
Sampai pada pertanyaan juga
pernyataan
yang membuat gigil
Akan tubuh kita sendiri?
Kudus, 2019
____________________________
Elang Ade Iswara, menulis esai dan puisi. Menganut kepercayaan Bumi tidak bulat atau datar, tetapi miring. Beberapa puisi dan esainya tercecer di zine kolektif serta antologi seperti: Foklore, Budaya dan Desa (KBPW), Spray your Foklore, Perempuan Ghirsereng (Kumpulan Sajak Penyari ASEAN 3), Kita, Kota, Kata (Writer The Future), Koran Tempo, Suara Merdeka dan lain-lain. Pada Mei 2024, ia mendirikan Phos Zine, sebuah wadah sastra yang bertujuan mengembangkan ekosistem sastra di Kudus, dan sedang merampungkan buku terbarunya, “Kita(b) yang Tidak Mengajarkan Apa-Apa”.
Puisi ini telah dimuat di Koran Tempo, Edisi 16 Januari 2020.