Esai: Arif Khilwa
DALAM kisah Mahabharata, sosok Radha, ibu angkat Karna, mungkin tidak begitu mencolok di tengah gemerlapnya cerita para pahlawan dan dewa-dewi. Banyak narasi yang berkembang, dimana Radha seringkali dilihat hanya sebagai istri seorang kusir kereta bernama Adirata, yang dengan penuh ketulusan hati menemukan Karna yang baru lahir dan hanyut di sungai Gangga. Namun, sesungguhnya jauh lebih dalam daripada sekadar serpihan kecil di kisah besar ini. Radha adalah sosok yang memainkan peran fundamental dalam membentuk pribadi seorang ksatria agung, Karna.

Radha, meskipun namanya tidak sepopuler nama-nama besar lainnya seperti Drupadi, Kunti, Gandari, ataupun Srikandi dalam Kisah Mahabharata, dia menyimpan kasih yang tak terhingga kepada Karna, anak angkatnya. Dengan penuh cinta, ia memanggilnya dengan sebutan “Radheya,” yang berarti anak Radha, sebuah tanda kedalaman ikatan yang melampaui ikatan darah. Sejak saat pertama kali menemukan Radheya, Radha telah mendarmakan dirinya sepenuh hati untuk mengasuh dan merawat Radheya, tanpa memandang status sosial atau asal usul anak tersebut. Dalam dekapan kasihnya, Radha tidak hanya menjadi ibu, tetapi juga menjadi guru pertama yang menanamkan nilai-nilai luhur dalam jiwa Radheya.
Di balik kekuatan dan keagungan Radheya yang dikenal oleh dunia, ada pengaruh besar dari ibu angkatnya yang penuh kasih. Sebagai seorang ksatria sejati yang tak hanya sakti mandraguna, tetapi juga baik hati dan selalu menepati janji, Radheya dikenal luas dalam peperangan Baratayuda. Meskipun ia memilih berpihak kepada Kurawa, tetap saja, baik kawan maupun lawan, tidak ada yang meragukan kesetiaannya pada prinsip dan kehormatan diri. Namun, siapa yang benar-benar memahami akar kekuatan moral Radheya? Tak lain adalah sosok Radha, seorang ibu angkat yang dengan kesabaran dan kebijaksanaannya membentuk dasar karakter Radheya, yaitu sebuah karakter yang membawanya menjadi tokoh yang disegani oleh para dewa dan manusia.
Dalam buku Mahabharata yang ditulis oleh Kamala Subranaim, mengisahkan bahwa Radheya menceritakan mimpinya kepada Radha, “ibu sangat sering tidurku diganggu oleh sebuah mimpi, dimana aku melihat seorang wanita yang berbusana sutra dan berkerudung menangisiku seperti dia adalah seorang putri kerajaan dan aku bertanya padanya, namun wanita itu hilang dari mimpiku dan tiba aku terbangun ibu. Aku juga selalu memikirkan bahwa aku tidak mau menjadi seorang kusir layaknya ayahku yang seharusnya akulah yang mewarisi keahliannya. Mengapa bisa demikian ibu?”
Radha pun meminta Radheya mendekat dan memeluknya seakan ia takut kehilangannya. Dia pun berkata dengan jujur menceritakan kejadian lima belas tahun yang lalu. Ketika ayahnya menemukannya mengapung di sebuah kotak yang indah di Sungai Gangga. Radheya tertunduk mendengar cerita itu, Radha memeluknya erat bagai pelukan terakhir kalinya dan Radheya berkata, “aku tidak akan meninggalkan ibuku yang selama ini telah merawat dan mendidikku, walaupun aku mengetahui siapa ibu kandungku yang sebenarnya kelak, karena ibu Radha adalah ibuku yang paling menyayangiku sepenuh hati.” Radheya pun memeluk ibunya, air mata mereka mengalir dan bersatu.
Dari kutipan cerita tersebut menunjukkan betapa kuatnya ikatan Radha dan Radheya dan betapa besar peranan Radha dalam kehidupan putra angkatnya itu dalam menjalani laku hidup dengan kepribadian yang luhur. Dari kisah itu, kita akan memahami bahwa Radha bukan hanya ibu dalam arti biologis, tetapi juga dalam arti yang lebih luas, yakni sebagai pembentuk karakter. Dari sejak Radheya kecil hingga tumbuh dewasa, ia dipenuhi dengan ajaran tentang nilai kehidupan yang hakiki. Radha tidak pernah melihatnya sebagai anak dari kasta rendah, meski dalam pandangan masyarakat kala itu, dia hanyalah anak seorang kusir kereta. Bahkan, ketika Radheya mengungkapkan cita-citanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan, perang, dan panah, Radha tidak pernah melarang atau membatasi. Radheya memahami bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan yang mampu menembus batas-batas kasta dan status sosial. Bagi Radha, yang terpenting bukanlah asal-usul atau status sosial, melainkan seberapa tinggi karakter dan akhlak yang dimiliki oleh anak angkatnya itu.
Radha mungkin tak pernah tahu seluruh cerita tentang asal-usul Radheya, tentang siapa ibu kandungnya atau masa lalunya yang kelam. Namun, satu hal yang pasti, dia adalah orang pertama yang mengajari Radheya tentang cinta yang tanpa syarat, tentang kebijaksanaan yang tak tergantung pada asal-usul, dan tentang keberanian yang bersumber dari kebenaran yang ada dalam hati. Tanpa Radha, mungkin Radheya tak akan pernah menjadi Karna yang kita kenal sebagai seorang ksatria yang tak kenal rasa takut, setia pada janjinya, dan penuh dengan keberanian, meskipun hidupnya penuh dengan penderitaan dan kesulitan.
Sebagai ibu, Radha menanamkan nilai-nilai luhur yang lebih mulia daripada sekadar apa yang tampak di dunia luar. Dia mengajari Radheya tentang etika, moralitas, dan bagaimana menjadi manusia yang memiliki integritas, yaitu sesuatu yang tak tergantung pada darah atau harta, melainkan pada apa yang tercermin dalam tindakan dan kata-kata. Ia tahu bahwa Radheya bukanlah anak sembarangan.
Dalam beberapa tulisan sangat sedikit mengangkat cerita bagaimana cara Radha mendidik Radheya sehingga bisa menjadi bukti nyata akan peran Radha dalam kehidupan Radheya. Namun, secara sosiologis lingkungan keluarga terutama ibu menjadi mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Di balik peran Radha yang tidak terungkap dalam Kisah Mahabharata yang agung itu, dia adalah penjaga pertama dari nilai-nilai yang membentuk karakter seorang ksatria sejati, Karna. Tanpa keberadaan Radha, mungkin Radheya tidak akan pernah menjadi Karna yang kita kenal seorang ksatria hebat seperti saat ini.
Radha, dengan segala pengorbanan dan kasih sayangnya, adalah sosok yang tidak hanya mengasuh tumbuh kembang Radheya, tetapi juga menyuburkan jiwa dan karakternya dengan nilai-nilai mulia yang akan dikenang sepanjang zaman.
______________________________

Arif Khilwa
adalah seorang penyair, guru madrasah dan belakangan aktif lagi berteater bersama Teater Minatani, domisili di Pati.