Berteman Ala Stoikisme

Esai: Septiana Wibowo

BERBINCANG Stoikisme, yang mana dalam pemahamanku adalah bagaimana kita hanya berkemampuan mengontrol apa yang diri sendiri dapat lakukan, dan mulai melepaskan bagaimana orang lain bersikap kepada kita. Sebagaimana bukan merupakan tanggung jawab dari pribadi diri. Karena mereka pun yang harus mengontrol diri mereka sendiri.

Maka semakin dewasa, kita akan mulai semakin memahami bahwa terkadang banyak hal yang tak perlu kita pikirkan terlalu dalam. Apalagi hanya dalam permasalahan hubungan antar teman.

Dalam berteman, kita bisa mulai berlatih untuk tidak lagi merasa tidak enakan atau dalam bahasa jawa sering kita sebut pekewuh untuk memutuskan, menerima atau menolak sesuatu yang lebih bersifat pribadi. Dengan dasar pemikiran bahwa apa yang kita lakukan menurut kita benar, tidak melanggar norma masyarakat dan tidak merugikan pihak-pihak lain di sekitar kita.

Maka kita bisa mulai lebih memilah agar kita berjalan dengan kenyamanan mental masing-masing dan dapat mulai berfokus pada apa yang bisa menjadi pengembangan diri sendiri serta mengabaikan hal yang tak dalam kendali diri sendiri.

Salah satu contohnya, dalam pertemanan jika terlalu banyak perdebatan dan omong kosong soal kekuasaan atau kelebih-lebihan pribadi tertentu serta flexing yang tak perlu. Maka kita bisa pula mulai lebih memilih untuk membatasi diri, atau diam-diam menarik diri untuk tak terlibat dalam omong kosong yang terlalu jauh.

Karena pada dasarnya, setiap manusia membawa kebenaran dengan versinya sendiri-sendiri. Bahkan dalam keterbatasannya terlalu sering kita ini jumawa dalam membenarkan diri lalu menganggap semua orang di sekeliling kita yang bersalah dalam segala hal. Bahkan sering kita terlalu mengklaim diri kita yang selalu benar. Dengan kata lain selalu ada alasan untuk menjadikan diri sendiri menjadi pihak yang paling tak bisa disalahkan.

Maka untuk menghindari hal itu, mulai membatasi relasi bahkan dengan siapa berdiskusi adalah salah satu pilihan yang tepat. Menghindari gesekan yang tidak perlu satu sama lain serta instropeksi dalam berbagai hal. Bukan hanya masalah sok benar sendiri namun dalam hal ini kita juga perlu mengutamakan sikap hati-hati agar tak terbawa pemikiran yang terlalu jauh bahkan mengada-ada.

Selaras dengan apa yang disampaikan Ed Latimore. Seorang petinju profesional dunia sekaligus penulis Amerika. “Sibuklah membangun hidupmu sendiri sehingga omong kosong orang lain tidak menjadi perhatianmu.”

Ini adalah sebuah petuah yang memberi pengajaran luar biasa soal pengembangan diri sendiri dalam cara kerja hukum berelasi dan berteman ala stoikisme. Yang mana lebih mudah mengendalikan diri dengan segala potensi. Juga lebih mudah untuk tidak mengurusi masalah orang lain yang sebenarnya di luar kendali diri.

Dalam hal ini, semesta pun mengajarkan hal yang sama. Bahwa bumi maupun segala macam benda langit di dalam tatasurya selalu berputar pada jalur dan porosnya sehingga selaras dalam menjalankan tugasnya.

“Begitu pula cara kerja kemanusiaan yang benar-benar memanusiakan sesama.”

Adalah suatu hal yang berharga ketika dalam proses pembelajaranku ini, aku dipertemukan banyak teman yang lebih mengerucut dalam bakat dan keminatan maupun kemampuan kognisi yang selaras. Sehingga durasi bertemu selalu diisi dengan diskusi-diskusi dalam proses pengembangan diri maupun kepentingan yang lebih besar dari pribadi.***

______________________________

Salam,

Septiana Wibowo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *