Teater
Catatan Penonton:
Liang Langit di Semarang
Pertunjukan:
Auditorium RRI Semarang
Hari Sabtu, 27 Juli 2024 - Pukul 19.30 WIB
Jl. A. Yani 142-144, Semarang.
Catatan:
Syarief Rahmadi, penonton
Teater Djarum menyuguhkan pertunjukan yang sangat baik pada hari Sabtu, 27 Juli 2024 di Auditorium RRI kota Semarang. Malam Minggu di kota Semarang yang padat dengan berbagai kegiatan seperti festival kota lama dengan berbagai kegiatan yang begitu ragam tak menghalangi antusiasme para penggemar untuk hadir menyaksikan pentas Teater Djarum terlihat ruang auditorium lantai bawah dan atas penuh sesak oleh pengunjung.
Siapa Teater Djarum tersebut? Teater Djarum adalah Teater yang memang terdiri dari pemeran pelaku dari Karyawan karyawati PT. Djarum. Teater Djarum lahir pada tanggal 21 April tahun 2003, profil Teater Djarum dan karya-karyanya menunjukan bahwa teater yang sangat produktif, terbukti teater tersebut telah melanglang di berbagai kota dalam pertunjukkannya dengan tema yang berbeda-beda pula. Selain itu Teater Djarum juga mengadakan pelatihan, membina teater guna menumbuh kembangkan di dunia seni khususnya seni Teater.
"Liang Langit" adalah sebuah naskah karya Asa Jatmiko dan sekaligus sebagai sutradara, pemeran utama dalam cerita ini adalah "Liang Langit" yang diperankan oleh Masrien Lintang. Begitu sempurna tata panggung dan lighting serta pesan moral yang dapat diambil.
Menceritakan sebuah realita kehidupan kesenjangan ekonomi yang dialami "Langit dan Sri sebagai istrinya yang sedang hamil tua".
"Langit" adalah seorang yang cukup berpendidikan, namun selesai kuliah hanya bisa bekerja yang gajinya sangat jauh yang diharapkan, pekerjaan yang mempunyai tingkat resiko yang tinggi bahwa jiwa raga sebagai taruhannya.
Langit pekerjaan pembersih kaca di gedung bertingkat tinggi, saat bergelantungan di ketinggian tak jarang mengalami terpaan angin kencang. Sungguh pendidikan tak bisa menjadi jaminan akan nasibnya.
Ideologisme kritisme yang kuat pada diri Langit akan kebijakan politisi selalu dan semakin memuakan batinnya. Sang istri yang hamil tua itu sering memberikan saran agar mencari pekerjaan lain yang lebih baik dan tentunya dengan gaji yang lebih layak. Namun usaha Langit tidak juga membuahkan hasil, hutang demi hutang kian menumpuk demi mencukupi kebutuhan hidup. Ada seorang teman aktifis saat kuliah yang bernama Rohaya sempat menawarkan pekerjaan dengan syarat "sifat-sifat ideologisme yang melekat pada Langit harus dibuang, ditinggalkan". Langit-pun menggelengkan kepala pertanda tak Sudi menjadi pecundang.
Gejolak jiwanya semakin kuat, depresi tak karuan, teman dan keluarga menjauhinya, rasa putus asa. Dalam kesedihan dan tangis ... " Langit-pun tak mampu lagi mengharapkan yang namanya kesuksesan, masih ada cahaya pada Langit, dalam lunglai berjalan Langit berharap "semoga menjadi orang yang berguna".
// Semarang, 27-07-2024
Penulis Syarief Rahmadi
Catatan:
Zoex Zabidi, aktor dan dramalab Semarang
Jika berkenan aku menulis catatan, secara ide liang langit yang disajikan sangat menarik, apalagi memotret pekerja kasar-pembersih gedung pencakar langit. Sebuah tema yang sangat jarang. Saya sungguh membayangkan efek dramatis dari pemberaih gedung yang berayun dari satu kaca ke kaca lainnya dengan gempuran cuaca ekstrim, angin kencang, hujan dll-nya. Secara pengadegan itu tercipta meski ada bbrp pengadegan yang dipaksakan. Misalnya gangguan sekelompok burung saat pembersih gedung sedang melakukan aktifitasnya. Karena secara logika sangat jarang sekumpulan burung di level gedung gedung pencakar langit. Mungkin lebih pas jika hujan, petir dan hembusan angin.
MENCIPTAKAN CUACA (KONDISI) EKSTRIM DAN HUJAN, SETARA DENGAN MENCIPTAKAN RIBUAN BURUNG KE PANGGUNG. YANG BERBEDA ADALAH NILAI SIMBOLNYA.
Artistik panggung yang ditawarkan juga membunuh ruang pengadegan. Karena ketika pengadegan dg ruang dan waktu yang berbeda ornamen setting panggung sangat mengganggu. Mungkin bs dipertimbangkan jika posisi gedung berada disamping panggung, selain bs menciptakan efek dramatis, ekspresi pemain juga sedikit banyak terlihat. Dalam benak saya lakon liang langit dapat menggunakan teknik plotm lampu untuk menciptakan ruang dan waktu yang berbeda.
TIDAK ADA PERBEDAAN RUANG DAN WAKTU. YANG ADA ADALAH PERBEDAAN SITUASI DAN KONDISI “DUNIA DALAM” SEORANG LANGIT.
Dan yang sungguh sangat mengganggu ekspetasi saya ending adegan kematian langit.kenapa mesti kecelakaan di tol.bukankah lebih dramatis jika kematiannya diakibatkan saat kecelakaan kerja saat membersihkn gedung? Beberapa adegan yang ditawarkan saat langit dihantam angin atau sekelompok burung memungkinkan jadi pilihan penyebab kematian langit. Jika tak salah ingat, ada dialog yang diucapkan istrinya bahwa langit akan segera pulang. Mungkin bs dipertimbngkan adegan langit menrima telpon istrinya saat ia sedang bekerja. Karena tiba tiba ada hembusan angin kencang hp nya jatuh dan langit tak bisa mengendalikan dirinya dan tewas tergantung. Sementara dg plotting lampu tampak istrinya cemas. Mungkin benang merah keberanian langit menjadi pembersih gedung pencakar langit sebagai pilihan pekerjaan untuk memenuhi perekonomian keluarganya cukup terwakili.
EKSPEKTASI PENONTON DAN KENYATAAN ALUR ADALAH DUA HAL BERBEDA. “LIANG LANGIT” MEMAKAI PLOT-NYA SENDIRI: KEMATIAN BUKAN RESIKO DARI PERBUATAN (PROFESI DALAM HAL INI).
Dari sejumlah liang yang saya lihat dan temukan di lianglangit pertunjukan yang disajikan sungguh menemu ruang kesuksesan. Menghibur dan memberi ruang perenungan. Selamat, sungguh saya menikmati. Meski saya merasa mas asa bisa berbuat lebih untuk lianglangit.
TERIMAKASIH.
Barangkali catatan saya terlalu cerewet. Maaf -semoga berkenan. Tak perlu dipikirkan catatan bawel ini. Maap, maap dan selamat. Saya sungguh bangga bs menjadi saksi karya anda.
(zoex zabidi-dramalab)
*) Kalimat yang dicetak tebal miring, jawaban singkat dari sutradara.
Catatan:
Dyah Pusparani, penonton
Congrats ya Teater Djarum atas pertunjukannya. .
Mohon ijin utk menuliskan bbrapa review secar kacmta saya pribadi sebagai penonton.
Dialog2 banyak yg artikulasi tidak jelas dan terlalu cepat . Vocal pemeran Sri dan sekeetatis tipis, tidak jelas dan terkesan belum matang dalam penguasaan vocal panggung serta nada dialog yg monoton seperti hapalan di pemeran sekretaris.
PR (PEKERJAAN RUMAH) PARA PEMAIN.
Dialog paling jelas hanya di pemeran Koh. Overall kalo saya pribadi belum bisa menikmati ini sebagai suatu pertunjukkan yang matang. Masih seperti latihan🙏
PERTUNJUKAN YANG MATANG ITU YANG BAGAIMANA? YANG SIAP SAJI DAN MENGGODA LIDAH UNTUK MENIKMATINYA? PERTUNJUKAN TEATER ADALAH DIALEKTIKA PEMIKIRAN DAN PERMENUNGAN, APAKAH ANDA SEMPAT MENCOBA “MELIHAT DAN MENDENGARKAN” DENGAN BAIK MENURUT KACAMATA BATIN ANDA?
Ilustrasi bunyi2an juga kurang variatif dan banyak adegan menjatuhkan fisik.
ITU PILIHAN. SUARA YANG TIDAK TERATUR (NOISE) DAN ADEGAN FISIK YANG TELAH “MENGGANGGU” ANDA, TELAH SESUAI DENGAN KONSEP PERTUNJUKAN “LIANG LANGIT”.
Dialog2 dimensi kurang mendimensi.
ANDA MERASA MAMPU MEMAHAMI PERTUNJUKAN SAMPAI DIMENSI BERAPA?
Semoga bisa lebih baik lagi, sukses di pementasan2 selanjutnya.
AMIN. TERIMAKASIH.
Salam 🙏🙏❤️
Dyah Puspasari
*) Kalimat yang dicetak tebal miring, jawaban singkat dari sutradara.