Sketsa
Cerpen: Reni Asih Widiyastuti PERTAMA kali bertemu dengannya, tidak ada yang terlalu spesial. Dia hanya duduk seorang diri, menyesap matchalatte di sebuah kedai kopi di suatu sore yang dingin. Sesekali dia merapikan rambut hitam lurusnya ke belakang telinga. Membuat hatiku berdesir karena wajahnya yang cantik. Ya, amat cantik bahkan. Ah, tetapi sayangnya kami berbeda. Aku…
