“Para Petarung” Tak Pernah Selesai Bertarung

Analisis Naskah “Para Petarung”: Kusprihyanto Namma “Para Petarung”, naskah drama Asa Jatmiko lima (5) babak yang penuh dengan intrik. Terdiri dari sepuluh pemain: Rukmi, Suli, Partiyem, Wartiyah, Martosuto, Sukeni, Karsito, Malik, Birawa, dan Den Karso. Pemilihan nama-nama tokoh Jawa, mengisyaratkan bahwa karakter Jawa bagi para pemainnya. Lemah lembut, pemalu, sopan pada sisi luarnya. Namun pada…

Kesibukan Aktor “Para Petarung”

Esai: Asa Jatmiko AKTOR mempunyai tugas utama menghidupkan tokoh atau karakter dalam sebuah lakon. Untuk dapat bermain dan memerankannya, ia harus mendekati/mengenali tokoh yang dimainkan, untuk kemudian memasuki karakter tokoh dengan seluruh perangkat yang dimiliki aktor. Baik pada kondisi dukungan artistik yang lengkap maupun minimalis, aktor menjadi pusat yang menggerakkan lakon.  Hal-hal di luar aktor,…

SARASVATI: Pelan dan Hangat Setangkup Seduhan

Esai: Imam Khanafi MALAM itu, hujan turun seolah membaca kitab-kitab langit. Deras namun lembut, deras namun penuh pengertian. Ia tidak datang untuk memisahkan, melainkan menyatukan—menjadi suara latar bagi doa-doa yang bergumam lirih di dada para hadirin. Di antara tempias dan embun yang menempel di kaca jendela, kami menyaksikan kelahiran SARASVATI bukan sebagai satu momen, tetapi…

Salinan Peristiwa dari Menonton Tiga Puluh Enam Hasil Tangkapan

Catatan: Rendra Bagus Pamungkas Saya hanya mampu menonton lima hingga enam film setiap harinya selama proses penjurian Festival Film Anak Bangsa (FFAB) 2025 berlangsung. Peristiwa menyaksikan hasil karya teman-teman peserta, bagi saya yang bekerja paruh waktu dalam industri perfilman Indonesia, menonton tiga puluh enam karya peserta sama halnya bertatapan secara intensif dengan pola kerja artistik…

Palsu: Puisi dan Pengakuan

Esai: Bandung Mawardi POLITIK diawali miskin dan prihatin. Babak terpenting agar kemunculan tokoh berpolitik tak mendapat seribu curiga. Miskin itu penting. Hidup dengan keprihatinan sebelum jadi tokoh tenar di politik itu keharusan. Konon, penjelasan itu terdapa dalam rezim Orde Baru. Miskin menjadi takdir untuk mengerti dan memiliki kekuasaan. Pada tahun-tahun menjelang keruntuhan rezim Orde Baru,…

Buah dari Luka yang Disangkal

Esai: Aris Kurniawan SEUSAI menonton film ‘Pengepungan di Bukit Duri’, yang beredar di bioskop sejak 17 April 2025, seorang kawan bertanya dengan nada menggugat, ’untuk apa mengangkat tema kerusuhan rasial antara etnik Tionghoa dan ‘pribumi’ di tengah kehidupan sehari-hari yang relatif damai antara etnis Tionghoa dan etnis mana pun di negeri ini?’  Kita bisa bertanya…

Mempersoalkan “Pendek” pada Cerita Pendek (di) Indonesia 

Esai: Polanco S. Achri SEBELUM masuk pokok soalan, dan melakukan penelusuran, catatan ini menyadari, mesti mendudukkan sesuatu dulu sebagai awal. Hal tersebut adalah mendudukkan pengertian tentang cerita; sebab amat konyol, ketika hendak mempersoalkan “pendek” pada cerita pendek, tapi tak mendudukkan pengertian cerita lebih dulu. Karenanya, meski sederhana, catatan ini hendak menduduk pada pengertian: Cerita adalah…

Perempuan, Tenaga Kerja dan Sumber Daya

Esai: Septiana Wibowo PEREMPUAN masa kini sepenuhnya telah dapat melakukan apa yang mereka inginkan, termasuk dalam ranah hobi maupun pekerjaan. Semua yang dahulu hanya bisa dilakukan oleh laki-laki saja, sekarang sudah bisa dilakukan juga oleh banyak perempuan. Pada kenyataannya telah banyak perempuan yang bekerja dengan penghargaan hak maupun kewajibannya secara profesional. Tercatat dalam Badan Pusat…

“Air Mata Air” – Film sebagai Cermin Kesadaran dan Ruang Refleksi

Esai: Imam Khanafi ANGIN lembut menyusup di sela-sela rumpun bambu yang menjulang tenang. Daun-daun tipisnya sesekali bergesekan, menimbulkan suara lirih seperti bisikan yang menjaga kesunyian senja. Di bawah teduhnya, puluhan orang duduk rapi di atas kursi bambu yang disiapkan panitia. Tidak ada deretan bangku empuk, tidak ada pendingin udara—hanya suasana alami yang terasa hangat sekaligus…

Tabrakan Dua Kecenderungan Sinematik dalam Penyalin Cahaya

Esai: Ranang Aji SP Film “Penyalin Cahaya” (2021) karya Wregas Bhanuteja meraih 12 Piala Citra, menegaskan posisi film ini sebagai pencapaian sinematik yang signifikan. Film ini berjenis thriller dengan struktur misteri yang menempatkan protagonis dalam upaya membongkar sebuah kebenaran tersembunyi. Mirip dengan Chinatown (1974) dan The Fugitive (1993), “Penyalin Cahaya” mengikuti perjalanan Suryani, seorang mahasiswi…

Sosrokartono, Putra Indonesia yang Besar

Oleh: Hadi Priyanto HARI INI, 10 April 148 tahun yang lalu di Mayong, Jepara, lahirlah seorang Putra Indonesia yang besar: Sosrokartono, atau lengkapnya Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono. Tepatnya pada Rabu Pahing tanggal 17 Rabiul Awal 1297 H atau tanggal 10 April 1877. Ia adalah anak ke-3  Raden Mas Semangun Sosroningrat dan MA Ngasirah. Mahasiswa…

Radha Pembentuk Pondasi Sikap Kstaria Radheya

Esai: Arif Khilwa DALAM kisah Mahabharata, sosok Radha, ibu angkat Karna, mungkin tidak begitu mencolok di tengah gemerlapnya cerita para pahlawan dan dewa-dewi. Banyak narasi yang berkembang, dimana Radha seringkali dilihat hanya sebagai istri seorang kusir kereta bernama Adirata, yang dengan penuh ketulusan hati menemukan Karna yang baru lahir dan hanyut di sungai Gangga. Namun,…