Gandrung Sastra: Menumbuhkan Semangat Sastra di Pati
Esai: Arif Khilwa
Gandrung Sastra bukanlah sekadar nama, namun sebuah pergerakan yang terlahir dari kerinduan akan ruang bagi karya-karya sastra masyarakat yang perlahan telah terkikis oleh zaman. Hal ini berawal dari keprihatinan para pegiat sastra terhadap minimnya apresiasi sastra di Pati.
Acara Gandrung Sastra pertama kali digelar pada 28 Oktober 2012. Diinisiasi sekaligus didorong oleh sekumpulan orang-orang yang tidak hanya memiliki kepedulian, tetapi juga energi dan semangat membara untuk memberikan wadah bagi para penyair, penulis, dan para pencinta sastra di daerahnya.
Mereka inilah, yakni: Aloeth Pathi, Arif Khilwa, Goang Doang, Munto Al Hanify, Ahmad Najih Amali, Salemo Ipul, Afif Asmara, Mujahidin Belantara, Sasongko, Aryo Pati, dan Gimex Pati, yang menggerakkan acara ini dengan tekad yang tulus.

Gandrung Sastra, meskipun lahir di sebuah desa kecil, telah menjadi tempat yang cukup berhasil menyatukan berbagai kalangan dalam sebuah kegiatan sastra. Mereka ada dari kalangan pelajar, mahasiswa, hingga santri, bahkan lintas komunitas. Terlihat juga ibu-ibu PKK, guru hingga orang-orang dari lintas profesi, datang dan ikut memeriahkan. Mereka semua berkumpul, tidak hanya sebagai penikmat sastra, tetapi juga sebagai kontributor aktif dalam menghidupkan pergerakan ini.
Keberhasilan Gandrung Sastra tak lepas dari semangat gotong-royong yang begitu kuat. Inilah yang menyatukan berbagai elemen masyarakat tanpa mengenal batas. Tidak hanya dalam hal pendanaan, namun juga dalam kontribusi nyata dari masyarakat dan teman sejawat yang dengan senang hati menyumbangkan gula, kopi, gorengan, bahkan nasi bungkus, dan semua dengan sukarela dan tanpa diminta.
Keberlanjutan acara yang digelar Gandrung Sastra selama ini sangat bergantung pada dana dari sumbangan sukarela dan penjualan buletin serta buku hasil cetakan sendiri. Hal ini tetap dilaksanakan dengan swadaya dan apa adanya. Bukan berarti anti sponsor, hanya saja belum mempunyai akses untuk mendapatkan bantuan pembiayaan baik dari pemerintah maupun perusahaan swasta.

Dengan ketulusan hati dan rasa solidaritas yang tinggi ini, Gandrung Sastra berhasil menciptakan ruang apresiasi yang nyata bagi banyak karya sastra. Dalam kurun waktu 23 tahun hadir hingga saat ini, Gandrung Sastra telah sukses menggelar 12 pagelaran dan pementasan karya sastra, melahirkan lima buletin, dan dua buku antologi puisi.
Salah satu karya monumental adalah buku Antologi puisi “Sapa Sira Sapa Ingsun”. Dengan mengajak para penyair dari Pati, baik yang tinggal di dalam maupun di luar kota, untuk berkolaborasi dan saling memberi inspirasi.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2015, Gandrung Sastra berkembang menjadi sebuah komunitas sastra yang lebih intim dan erat. Rumah Gandrung Sastra, yang berlokasi di Desa Sekarjalak, Margoyoso, Pati menjadi markas bagi para pecinta sastra untuk berproses bersama.

Di sini, sastra kemudian berangsur bukan hanya dipandang sebagai sekumpulan kata-kata saja, tetapi sebagaimana penciptaan ruang dalam berbagi pemikiran, diskusi, dan mengeksplorasi ide-ide kreatif. Di rumah ini, para penulis dan penyair tak hanya sekadar menulis, tetapi juga berbincang tentang puisi, cerpen, dan berbagai bentuk karya sastra lainnya. Sebuah upaya untuk menghidupkan ruang diskusi yang terus berkembang, terutama untuk kalangan generasi muda.
Gandrung Sastra adalah lebih dari sekadar acara sastra. Akan tetapi, menjadi wadah yang memberi semangat dan pergerakan kreatif. Ia menggugah rasa keindahan dalam tiap kata, dan mendorong setiap orang yang terlibat untuk terus berkarya.
Komunitas ini juga menjadi saksi perjalanan panjang perjuangan yang terus bergerak maju, bertransformasi seiring waktu. Rumah Gandrung Sastra adalah tempat di mana karya-karya baru dilahirkan, ide-ide segar dikeluarkan, dan setiap pertemuan menjadi momentum berharga untuk terus mengembangkan diri.

Di sinilah, sastra tidak hanya dibaca, tetapi juga dijadikan sebagai sarana untuk menyelami kehidupan, mengungkapkan perasaan dan merajut pemikiran yang lebih dalam. Melalui Gandrung Sastra, teman-teman yang terlibat di dalamnya memiliki wajah di dunia sastra yang tak hanya dikenang, tetapi juga akan terus berkembang.
Komunitas ini juga telah membuktikan bahwa dengan semangat gotong-royong dan kerjasama dengan penuh kesadaran, bahwa walaupun berada di sebuah daerah yang terpencil sekalipun, para penulis lokal ini dapat melahirkan gerakan sastra yang berdampak luas.
“Bahwa sastra bukan hanya milik mereka yang ada di pusat-pusat kebudayaan besar, tetapi juga milik setiap orang, setiap daerah, yang memiliki rasa cinta terhadap kata-kata.”
Pada akhirnya, Gandrung Sastra adalah sebuah perjalanan panjang untuk terus merayakan dan menghargai karya sastra. Sebuah gerakan yang mengajarkan kita bahwa sastra adalah bagian dari kehidupan yang tidak pernah mati. Dan tentu saja kita harus yakin, “bahwa setiap kata yang tercipta memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.***
____________________________________

Arif Khilwa, penyair, pegiat seni dan juga seorang guru , tinggal di Pati.