“Gunung lan Ombak” Ngangsu Banyu 2025

Kudus, Jawa Tengah – Suara langgam macapat yang mengalun halus akan kembali menyelimuti Rumah Khalwat Balai Budaya Rejosari (RKBBR) yang berlokasi di Dukuh Wonosari, Desa Rejosari, Kecamatan Dawe, Kudus dalam waktu dekat. Para panitia acara tengah bersiap menyambut salah satu tradisi sakral dan sarat makna yaitu prosesi “Ngangsu Banyu 2025”, yang akan dirangkai dengan Pameran Puisi Rupa dan terbuka untuk umum.

Tradisi Ngangsu Banyu, secara harfiah berarti mengambil air, bukan sekadar kegiatan ritual biasa. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap alam, air, dan spiritualitas yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur. Dalam prosesi ini, air suci akan diambil dari sumber mata air tertentu yang diyakini memiliki nilai historis dan spiritual, lalu dibawa dengan upacara adat menuju lokasi utama acara.

Air di dalam kendi berasal dari 7 sumber mata air dari Kudus, Purwodadi, Gubug, Pati, Juwana dan Jepara, yang telah dibawa ke Rejosari pada sehari sebelum acara oleh warga dan akan didoakan bersama. Setelah itu air tersebut dijadikan satu ke dalam sebuah kendi atau jun. Doa-doa akan dipanjatkan dalam Puja Doa dan Macapatan bersama Paguyuban Sitoresmi pada Jumat Malam 29 Agustus 2025. 

Menurut Asa Jatmiko, konseptor acara Ngangsu Banyu. Prosesi ini merupakan simbol untuk mengingatkan kita akan pentingnya persatuan yang erat, kejernihan hati dan pikiran sebagaimana mata air, dimana diharapkan kelembutan kita semua untuk menghargai air dan menjaga kelestariannya.

Kali ini akan mengangkat tema “Gunung dan Ombak” berkolaborasi dengan komunitas Gandrung Sastra dari Pati. Menghadirkan karya-karya instalasi yang bertalian dengan kehidupan para nelayan di Pantura yang di rangkai dalam Pameran Puisi Rupa karya Arif Khilwa, Putut Pasopati dan Aloeth Pathi.

Asa Jatmiko juga menerangkan bahwa ombak ibarat semangat yang tak pernah padam. Bertempat di laut, dimana para nelayan mencari nafkah menghidupi keluarganya dengan semangat yang pantang menyerah dan berelasi dengan ekosistemnya. ini menjadi daya hidup sekaligus kebudayaan yang kuat, dinamis dan khas. Sementara gunung yang seringkali kita maknai sebagai keteguhan dan keagungan, menumbuhkan pepohonan dan menyimpan sumber-sumber mata air.

Dari gunung menuju laut, air akan mengalirkan peri-kehidupan masyarakat. Mengabarkan kejernihan menjadi nafas hidup semua orang. Berkaitan dengan itu, maka manusia akan merayakan kehidupan dengan semangat yang selalu disegarkan kembali. Sehingga menurutnya tema Gunung dan Ombak menurutnya sangat cocok digunakan dalam prosesi Ngangsu Banyu tahun ini.

Tradisi dan Spiritualitas yang Terjaga
Kegiatan Ngangsu Banyu sudah berlangsung sejak tahun 2017 dengan selalu membawa tema berbeda, dan selalu menyelaraskan pada kondisi alam dan sosial yang ada. Akan ada prosesi yang biasanya dimulai sejak pagi hari. Dengan bersama-sama menuju mata air yang telah disucikan.

Pada tahun lalu, Ngangsu Banyu 2024 menggandeng Den Hasan, Dalang Wayang Kali dari Jepara, dengan tema Cerita dari Sungai. Sebelumnya RKBBR juga berkolaborasi dengan para seniman dari berbagai daerah. Tercatat pada tahun 2017 dengan tema Banyuning Brayat, tahun 2018 dengan tema Banyuning Srawung, tahun 2019 dengan tema Gula Klapa, tahun 2020 dengan tema Virtual, tahun 2021 dengan tema Virtual, tahun 2022 dengan tema 77 Puisi untuk Indonesia Jumpa Lebih Erat, dan tahun 2023 dengan tema Sayeg Saeko Praya

Pada Ngangsu Banyu tahun 2025 yang ke Sembilan ini juga akan berbeda. Dengan tema “Gunung dan Ombak” RKBBR menggandeng para seniman dari Pati yang tergabung dalam Gandrung Sastra Pati dalam Pameran Puisi Rupa. 

Puncak acaranya berupa Prosesi Ngangsu Banyu 2025, akan ada performance art beberapa penari yang mengisahkan warga yang mengambil air dari sendang (telaga) dan dibawa ke rumah untuk kebutuhan air minum keluarganya. Beberapa penari tersebut, antara lain adalah: Astri Agustin, Fanny Varamesthi, Bambang Susanto

Sebuah Pameran Hibrid dengan Perpaduan Karya
Pameran Puisi Rupa sendiri merupakan berkolaborasi yang menampilkan beragam potensi lokal pesisiran, mulai dari bagaimana kehidupan nelayan hingga sebuah miniatur dokumentasi serta catatan sejarah tentang pesisir itu sendiri. Acara ini menjadi ajang mengenalkan kembali nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda.

Prosesi pameran akan berlangsung selama 2 hari. Pada hari pertama akan difokuskan dalam seni pertunjukan sekaligus membuka Pameran Puisi Rupa. Akan diadakan Workshop serta pentas seni pada hari kedua.

Pembukaan pameran ini akan berlangsung di halaman Omah Kudus RKBBR, dengan menghadirkan performance art seniwati dari Pati Siwi Agustin, yang akan direspon juga oleh ketiga seniman yang berpartisipasi yaitu Arif Khilwa, Putut Pasopati dan Aloet Pati. Sesudahnya, akan dilanjutkan dengan Dialog Budaya Menyoal Fenomena Puisi Rupa bersama seniman Indarto Agung Suksmono dan Asa Jatmiko. 

Menurut penyair dari Pati Arif Khilwa, “Puisi Rupa” sebagai hybrid art, seni persilangan yang justru menyuburkan disiplin seni yang jauh lebih luas. Maka mereka membawa pameran menjadi sebuah seni gabungan itu sendiri. Dari spirit inilah, mereka menenun benang merah yang menghubungkan dua disiplin seni: sastra dan seni rupa yang akan menjadi sebuah simbiosis kreatif. Dimana teks menjadi rupa, dan rupa berbicara melalui teks.

Tak hanya warga lokal, berbagai komunitas budaya dan seniman dari luar daerah pun akan dijadwalkan turut memeriahkan acara. Mereka akan menampilkan berbagai pertunjukan seperti puisi, teater, dan musik pada Sabtu malam, serta akan diadakan workshop menulis puisi dan menggambar pada Sabtu paginya.

Jadwal Acara
Acara Ngangsu Banyu 2025 akan dimulai pukul 18.00-selesai pada jumat 29 Agustus 2025 dan pukul 08.00-Selesai pada Sabtu 30 Agustus 2025. Panitia mengundang dan mempersilahkan teman-teman semua untuk datang, bersua dan bertegur-sapa bersama di RKBBR Rejosari Kudus.

Acara ini didukung oleh GsT Production, yang beberapa waktu lalu juga menyelenggarakan event Festival Film Anak Bangsa. Serta Iniibubudi Publishing yang juga akan menggelar kegiatan edukatif berupa workshop menulis puisi dan pelatihan menggambar bersama dengan Gandrung Sastra dalam acara tersebut.

Workshop ini diperuntukan kalangan pelajar atau remaja. Tiga puisi terbaik dan tiga gambar terbaik dari hasil mengikuti workshop, akan mendapatkan apresiasi dari panitia yang akan diumumkan pada malam pentas seni, Sabtu malam 30 Agustus 2025. Pada malam pentas seni juga akan tampil karya-karya para seniman Kudus, Pati, dan sekitarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *