Haroa, Terbentang Doa Abadi

Puisi-puisi: Sultan Musa

HAROA, TERBENTANG DOA ABADI


di bumi Sowite
tersimpan tradisi leluhur
Haroa yang tak lekang oleh waktu
merayakan jalinan kehidupan
antar manusia yang mengikat

bersama senyum mengembang
kita duduk bersila
mengitari nampan bulat
ada Waje, Cucur, Lapa – lapa
dan lainnya  memenuhi talang
penuh makna….penuh doa 
setiap sajian ini
semua tertata rapi 
layaknya jalan hidup yang dijaga

dalam kesederhanaan ingatanku menggoda
waktu itu kala kecil pipiku basah
hanya inginkan sebutir telur rebus, 
padahal Mojhi masih berkutat
‘baca-baca’ yang belum usai 
….ya, antara yang lahir 
dan yang akan kembali

berhias tudung saji
ada kain penutup diatasnya,
wujud Haroa seperti
kebersamaan saling menjaga
namun, tetap saja ranum 
aneka sajian menggugah hati
begitu pun bayangan telur rebus
dari kuningnya membius 
aku hanya tersenyum
sembari menanti bersalaman

saat tiba berjabat tangan
tanda sajian bisa dinikmati
…kini kupahami terkandung di dalamnya
bahwa kehidupan tak jemu memberi
dan tak lupa pada asal-usul

Haroa selalu membawa kejujuran
ada jejak abadi terbentang
dari doa yang tak ternilai

untuk menghargai makna jejak
bahwa setiap langkah di bawah langit 
‘tidak selalu perihal mendapatkan
ada saatnya menunggu…atau bahkan merelakan’

-2025

*) Haroa, sebuah tradisi ‘baca-baca’ rutin dilakukan oleh masyarakat Muna Sulawesi Tenggara, berasal dari bahasa Muna “haro” yang artinya ‘sapu’ atau ‘membersihkan’.






ANTARA LANTA & CINTA


ihwal sagu,
terlipat sederhana
bercampur gula merah
dan mereka pun bercengkerama 

setelah Perempuan itu
memainkan sude,
sagu pun berkelana
lewat aroma khas Lanta

selalu ada kenangan di setiap cinta
yang meringkuk dalam lipatannya

‘sudahkah kau mengumpulkan cinta hari ini ?’

-2025

*) Lanta, salah satu penganan tradisional khas masyarakat Muna – Sulawesi Tenggara berbahan dasar sagu dipres dengan menggunakan sendok berukuran besar “Sude” dan dipadukan taburan gula merah.






LAPA – LAPA, AROMA GURIH MENYAPA


ada sapa lembut
beras berpadu santan
saat kunikmati Lapa-lapa
bersama sambal kaluku
layaknya seorang kisanak
sekian lama tak bersua

ia pun bertanya ;
‘masihkah kau ingat gurihku,
berkelindan tanpa keraguan’

berkulit janur nan rapi 
daun pisang alas dalam,
pun ikatanmu adalah bait raung
membingkai riang yang berserak
‘masihkah rumbuk – rumbuk itu
mengalah atas duka tanah’

aroma khas menyapa
desir membentang tanpa keriuhan
kutemui makna mengiba
suara dari ruang sunyi
‘suka atau tidak suka 
selalu ada kejutan …itulah kehidupan’

dalam setiap gigitan
bercerita kisah panjang 
tentang kehidupan, tradisi
dan harapan-harapan baik
‘bagaimana memandang diri sendiri
dan peran yang dimainkan’

rasamu memikat lidah
ada pesan melekat
di hati terdalam
tentang berkah
dan yang diberkahi
serta kisah-kisah yang mengalir

bolehkah aku larut 
merayakan tuturan baik bersamamu ?

-2025

*) Lapa-lapa, masakan khas Muna Sulawesi Tenggara terbuat dari beras bercampur santan kelapa yang dibungkus daun kelapa muda (janur)  dalam bahasa Tomia disebut Bale yang berarti yang terbaik.






SINONGGI, RINDU  YANG  TAK  PERNAH SIRNA


akulah Sinonggi yang kau nikmati
nama yang dibawa paduan sagu dan air panas
bernyawa dalam indahnya adukan
menari dalam sebuah proses
rerantai jalan luhur
yang tak pernah henti
….bagian dari tradisi 

akulah Sinonggi syair rindu
telah kau dapati tak pernah pudar
sungguh meringkuk seteduh pesan
mengingatkan binar pelipur
perihal pesan Ina – Mamak
‘bisa jadi awalnya bermusuhan
ternyata saling berkawan’

Sinonggi tak pernah sirna
dan tak pernah hilang,
terbalut waktu mendekap tulus
selalu menemukan paduan citarasa 
terhubung di ujung hari

-2025

*) Sinonggi, makanan khas Kendari terbuat dari pati sari sagu. Di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama kapurung dan kepulauan Maluku disebut papeda.

——————

Sultan Musa

Penyair kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisannya  tersiar  di berbagai platform media online &  media cetak nasional maupun Internasional. Karya-karyanya masuk dalam beberapa antologi  bersama penyair nasional & internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” dan meraih nominasi buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024), lolos kurasi dan dipamerkan pada event “Kalang Exhibition digagas oleh Triaksara Pengairan – Malang (2025). Tercatat pula di buku  “Apa & Siapa  Penyair Indonesia – Yayasan  Hari  Puisi  Indonesia” Jakarta  2017.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *