Festival Film Pendek FFAB Diikuti 157 Peserta dari Seluruh Indonesia
Liputan: Asa Jatmiko
INIIBUBUDI, Kudus – Sebuah sejarah baru dalam dunia perfilman Kabupaten Kudus yang menggelar Festival Film Pendek 2025 tingkat Nasional pertama kali dengan tema “Air Mata Air”. Festival Film Anak Bangsa (FFAB) sendiri berlangsung sejak 01 Januari dan puncaknya malam penganugerahan 17 Mei 2025.
Seperti yang diketahui, Indonesia merupakan negara kaya dengan keberagaman budaya dan alam serta cerita-cerita rakyat yang penuh akan makna dan nilai-nilai kehidupan khususnya hubungan manusia dengan alam. Salah satu elemen yang esensial dalam kehidupan adalah air. Air merupakan bagian dari manusia yang tak tergantikan.
Irianto Gunawan dari Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari (RKBBR) mengutarakan bahwasanya agenda FFAB dengan mengusung tema “Air Mata Air” ini selaras dengan visi dan misi RKBBR yakni memberi ruang dialog seni dan budaya.
Pentingnya tema ini juga terkait dengan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dan dunia saat ini, yakni krisis air dan dampak lingkungan yang semakin terasa. Perubahan iklim, polusi, serta pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan menjadi isu-isu global yang memerlukan perhatian dan kesadaran bersama.
Ditambahkan oleh Romo Leonardus Tri Purnanto, MSF dari RKBBR, “Dengan adanya festival ini, harapannya tidak hanya untuk merayakan karya-karya seni dan kreativitas, tetapi juga untuk menyampaikan pesan-pesan penting mengenai pelestarian alam dan kesadaran lingkungan, yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.”
Menurutnya, Festival Film Pendek yang akan dilaksanakan dengan mengusung tema yang berkaitan dengan lingkungan dan ekologi dapat menjadi salah satu upaya merawat dan melestarikan keberlangsungan lingkungan.
“Ini menjadi salah satu sarana edukasi agar masyarakat khususnya generasi muda lebih peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Jadi, mari berpartisipasi dan bersama-sama kita menyuarakan pentingnya keberlangsungan lingkungan dan pentignya perhatian terhadap ekologi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Cornel Innos dari GsT Productions berharap, dengan berlangsungnya ajang FFAB 2025 ini dapat menjadi ruang kolaborasi komunitas-komunitas baik bagi penikmat dan pembuat film untuk mewadahi karya yang kemudian dapat diputar dan dikenang sehingga tak lekang oleh waktu.
“Para peserta diharapkan dapat mengeksplorasi tema dalam berbagai perspektif, baik itu terkait dengan isu-isu sosial, lingkungan hidup, maupun dalam ranah personal yang penuh kesan,” tandasnya.
Melalui festival ini, pihaknya ingin mengajak para sineas muda dan pembuat film Indonesia untuk menggali potensi dengan pendekatan yang kreatif, unik, dan penuh makna.
“Kami juga berharap teman-teman di seluruh Indonesia dapat menyampaikan keresahannya melalui film di ajang FFAB ini. Sehingga dengan karya-karya yang luar biasa Festival Film ini dapat memberikan dampak positif bagi generasi hari ini dan yang akan datang,” kata Cornel.



Sementara itu, Melly Hana Septiana selaku koordinator tim FFAB mengungkapkan dengan diselenggarakannya FFAB yang pertama dengan tema “Air Mata Air” dapat diikuti dari berbagai elemen dan latar belakang masyarakat serta berbagai daerah yang mengusung cerita-cerita lokal terutama yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan mau pun ekologi.
“Sehingga apa yang dirasakan dan dialami teman-teman di setiap daerah bisa tersampaikan. Dengan jangkauan yang lebih luas diharapkan dan menimbulkan dampak positif untuk keberlangsungan lingkungan dan ekologi kedepannya,” kata Melly.
FFAB 2025 diharapkan dapat mendorong lahirnya lebih banyak karya kreatif yang menggambarkan wajah Indonesia yang sesungguhnya, serta menciptakan ruang untuk diskusi tentang peran seni dan film dalam mempengaruhi perubahan sosial dan lingkungan.
Festival film pendek ini terbuka untuk seluruh sineas Indonesia, baik yang berpengalaman maupun pemula, yang ingin berbagi cerita melalui medium film pendek. Festival ini bertujuan untuk mengapresiasi keberagaman budaya dan cerita Indonesia melalui film serta memberikan platform bagi talenta muda dalam industri perfilman tanah air.
“Festival ini tidak hanya akan menggelar pemutaran film, tetapi juga menyelenggarakan berbagai program seperti kompetisi film pendek, workshop kreatif, dan screening film di malam penganugerahaan untuk membangun relasi dan kolaborasi antara para pelaku seni perfilman,” imbuhnya.
Adapun Kategori Penghargaan: FFAB 2025 akan memberikan penghargaan dengan total Rp32.500.000,00 dari berbagai kategori, di antaranya:
- Film Pendek Terbaik : Rp15.000.000
- Sutradara Terbaik : Rp2.500.000
- Aktor / Aktris Terbaik : Rp5.000.000
- Penulis Skenario Terbaik : Rp2.500.000
- Skoring Musik Terbaik : Rp2.500.000
- Penata Artistik Terbaik : Rp2.500.000
- Teaser Terbaik : Rp2.500.000
Selain itu, Festival Film Anak Bangsa 2025 diramaikan oleh Dewan Juri berskala Nasional seperti sutradara Asa Jatmiko dari Kudus, Fanny Chotimah dari Surakarta, dan Rendra Bagus Pamungkas dari Jakarta.

“Festival Film Anak Bangsa 2025 menjadi upaya penting bagi industri film Indonesia khususnya di Kudus, yang bertujuan untuk memberi ruang bagi para sineas Indonesia untuk berkembang, berkarya, dan berbagi cerita dengan dunia. Kami berharap melalui festival ini, film Indonesia dapat semakin dikenal dan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan budaya dan cerita yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Melly Hana Septiana tim Festival Film Anak Bangsa (FFAB) 2025.
Tercatat, 157 peserta dari berbagai 18 provinsi dan 63 kota di seluruh Indonesia seperti Bali, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Riau, Bandar Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta.
“Puncak acara akan dilangsungkan di Balai Budaya Rejosari pada 17 Mei 2025. Dengan agenda workshop dan bedah film di siang hari dan malam penganugerahan di malam hari. Tentunya ini dibuka untuk umum dan mengundang semua masyarakat Kudus dan sekitarnya,” pungkas Melly. ***
Leave a Reply