Puisi: Vito Prasetyo
Ritual Zaman
dan sunyi
adalah lautan kata-kata
yang senantiasa berbicara tentang ombak
tentang rasa asin
atau tentang rumput laut;
batu karang yang indah
dan tempat di mana kita berlabuh pada dermaga
sesungguhnya hari-hari yang kita jalani, hanya menerjemahkan kata-kata sunyi
hari ini kita mengejanya: ritual zaman!
2025
Nyanyian Sunyi
wangi anyelir
melumer di seluruh tubuhmu
seakan memantik gairahku
untuk menyibak aromamu
yang ‘kaupancarkan di sepanjang musim
dan tiriskan segala rindu
sajakku terkesima, hanyut bagai jalang
menari-nari di secarik kertas
kini aromamu tertelungkup, senandungkan nyanyian sunyi
genggamanmu mulai rapuh
tatapanmu rebah di pangkuan senja
angin dan kemarau mendera tubuhmu
bait-baitku seakan menggenapi kesunyianmu
2025
Ingatan Mimpi
___ Arsy
senyumanmu telah mengajarkan
tentang kisah-kisah yang belum terlelap
dan biarkanlah angin melukisnya
dalam kanvas yang terbentang di ufuk cakrawala
hingga kelak menjadi lukisan kenangan
yang mendekam dan bertebaran di ingatan mimpiku
Malang, 2025
Bangku-bangku yang Lebam
engkau ciptakan lukisan senja di ruang-ruang pengap
seperti pengantin yang berbulan madu dalam duka
engkau menyelusup hari-hari dengan harapan
satukan fantasi pada jahitan rindu
hingga kelak menjadi sajian cinta
dan ‘kau jaring asmara
dari mimpi-mimpi yang tertunda
engkau lupa pikiranmu bukan konsepsi malaikat
bukankah aku telah menanti
di bangku-bangku yang lebam
mungkin membawa kisah yang belum tertulis
esok kita rajut dalam cerita
agar kelak bangku-bangku itu merindukan kehadiran kita
2025
Seraut Wajah
puisi tak lagi rindukan surga
sebab, kata-kata samar di raut wajah
biarkan (ia) berkelana
menjadi peristiwa yang membasuh ingatan kita
2025
Masa Kecil
mendaras rindu dari ingatan masa lalu
aku bahkan tak mampu lagi mengingat namamu
seperti mengelupas di uban rambutku
bukan karena aku mulai menua
sebab engkau telah membakar semua kecamuk hati, yang kutakwilkan serupa rindu
tatkala masa kecil seharusnya menjadi kenangan
dan kita satukan dalam puisi
2025
Fragmen Musim
biarkan langit sesatkan
arah pikiran, yang mendaki lempengan orbit
dan engkau berlari tinggalkan keberanian
dari musim kemarau
penanda waktu, usia kita makin menua
terjatuh dalam fragmen musim
lalu kita mengusik matahari
di penghentian gelap, anak kecil bertanya
“kenapa matahari seakan telanjang?”
dunia mungkin semakin gerah
puisi mulai membaca peradaban
seolah singkirkan kata-kata suci
membongkar ingatan dari jejak keabadian
adakah kata lebih fana
dari sebuah kematian
sebelum pelantun makna menulis gelisah
pada kitab-kitab tak ber-Tuhan
hingga senja betul-betul penat, rebah
seperti filsuf menjelma mantra
di pangkuan sajak, penuh mitos
kita meringkas sederet abjad
pada halaman-halaman buku, sampulnya kusam
kemarau makin dahaga
mencumbu jalanan, empaskan kata-kata
sebab musim seperti cinta tanpa rindu
2025
_________________________________
Vito Prasetyo
Dilahirkan di Makassar, Februari 1964 — Bertempat tinggal di Kab. Malang– Pernah kuliah di IKIP Makassar. Bergiat di penulisan sastra sejak 1983, peminat bahasa & pendidikan. Founder grup Penyair Berkarya.
Karya-karyanya telah dimuat di pelbagai media cetak lokal, nasional, dan Malaysia, antara lain: Koran TEMPO – Media Indonesia – Jawa Pos – Pikiran Rakyat – Kedaulatan Rakyat – Republika – Solopos – Majalah Pusat – Suara Merdeka – Majalah Karas – Majalah Panji – Rakyat Sultra – Kompas.id – Bali Post – Utusan Borneo – Harian Ekspres, Batam Pos – Riau Pos, Bangka Pos, dll.
Termaktub dalam puluhan buku antologi, antara lain “Apa dan Siapa Penyair Indonesia “ (2017).
Beberapa kali masuk nominasi dan juara, antara lain: Juara 3 Lomba Cipta Puisi Grup FB HPI Tahun 2022.